Selasa, 10 November 2020

Link and Match Dengan Penerbit

 

Buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala.

Namun tidak semua saluran dapat menerima buku yang akan diterbitkan, sehingga perlu sekali memelajari karakter penerbit dalam menerbitkan buku sehingga dapat seirama dengan keingingannya. Link and match begitu istilahnya.

Link and match sebuah ungkapan yang dipahami sebagai adanya keterkaitan dan kecocokan ini sangat diperlukan antara penulis dan penerbit.

Demikian kurang lebih sebagian dari paparan yang disampaikan Edy S. Mulyanta dalam kesempatan kenal dekat dengan profesi Beliau dalam kegiatan KulWAG malam ini.

Sebagai Manajer Operasional Penerbit ANDI yang telah berpengalaman hampir 20 tahun mengelola penerbitan, tentunya Edy S. Mulyanta memahami betul tentang hal ini dan akan sangat menarik sekali untuk diikuti bahasannya, bukan hanya oleh penulis perintis bahkan oleh siapapun yang ingin menekuni dunia tulis menulis.

Mengemban tugas sebagai pengamat tren konten buku yang ada di pasar, mengharuskan Beliau memberikan resume tentang tema yang sedang diminati dan menarik pasar saat itu. Dari hasil resume tersebut kemudian dipetakan baik pesaing, dan target penulis yang menjadi sasarannya.  Setelah ditemukan, selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan sesuai tren yang sedang dipelajari.  Namun kadang terjadi penerbit tertinggal informasi dibanding penulis, karena ternyata calon penulis mempunyai insting lebih tajam dari penerbit. Menarik sekali,  penerbit yang belajar dari data-data histori pemasaran bisa tertinggal jauh dari penulis dengan prediksi yang mungkin telah dipeajari sebelumnya.  Untuk itulah perlu adanya langkah-langkah link and match antara penulis yang menguasai konten dan penerbit yang menguasai data pemasaran, antara data histori dan data tren ke depan.

Fakta menunjukkan bahwa komunikasi antara calon penulis dan calon penerbitnya memegang peranan yang sangat penting, demi mendapatkan keselarasan cara pandang karena bisa jadi keduanya berada dalam cara pandang yang berbeda. Penulis lebih ke konten yang dikuasai, sedangkan penerbit lebih banyak pada bobot pemasarannya.

Buku sebagai media untuk menyampaikan ide, maksud dan tujuan diperlukan keberadaanya oleh penulis, jika kemudian terdapat link and match dengan penerbit tentu hal ini menjadi kunci keberhasilan untuk dapat masuk ke dunia penerbitan.  Selain masalah pasar yang diperhitungkan, ada masalah idealisme yang dipegang oleh penerbit.  Setiap penerbit mempunyai idealisme masing-masing, bahkan terkadang penerbit secara alamiah akan tersegementasi dalam kemampuan menelaah materi dan cara menjualnya.

Organisasi Penerbit

Penerbit ANDI tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah yaitu IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) dan APTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi). Penerbit ini secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional. 

Sekalipun kedua organisasi ini sama-sama beranggotakan penerbit, namun terdapat beberapa perbedaan, seperti tampak pada tabel dibawah ini.

IKAPI

APTI

Beranggotakan penerbit dan percetakan murni

 

Beranggotakan penerbit kampus atau PRESS kampus

Mengutamakan profit/keuntungan

Mengutamakan kualitas terbitan yang sesuai dengan keilmuan kampus lembaga pendidikan tinggi.

 

Target pasar lebih luas, karena genre terbitannya sangat luas dan mudah diterima masyarakat.

 

Target pasar lembaga pendidikan tinggi, yang menekankan pada Tridarma Perguruan Tinggi.

Segementasi terjadi secara alamiah sesuai minat dan kebutuhan masyarakat.

Segementasi sudah terbentuk karena memiliki pasar yang lebih homogen.

 

 

Dengan anggota IKAPI yang mencapai 1000 an, tentunya calon penulis akan kesulitan untuk mengamatinya secara detail. Untuk mempermudahnya seringkali calon penulis akhirnya membaginya menjadi dua istilah yaitu penerbit Mayor dan penerbit Minor.

Penciri penerbit mayor dan minor dapat dilihat dalam pemilihan kode nomor ISBN, untuk mempermudah skala produksi masing-masing penerbit.  Yang kemudian hal ini digunakan oleh lembaga DIKTI untuk memberikan penilaian tersendiri terhadap penerbit tersebut.



Struktur ISBN yang memuat rentang block number diatas merupakan sistem identifikasi unik pada setiap buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit karena satu nomor ISBN  diterbitkan hanya untuk satu judul buku saja sehingga tidak akan ada nomor ISBN ganda. Dari struktur ISBN diatas dapat dilihat bahwa nomor ISBN terdiri dari:

1.Prefix Element

Merupakan angka pengenal produk terbitan buku dari EAN.

2. Group Identifier

Adalah kode kelompok

3.Registrant element

Menunjukkan skala terbitannya.  Semakin kecil registrant element penerbit maka penerbit tersebut mempunyai skala terbitan yang besar, hal ini dapat dilihat di Publication Element.  Inilah yang menjadi acuan DIKTI dalam menentukan outcome penulis diterbitkan oleh siapa.

4. Publication Element

Angka yang nampak menunjukkan jumlah produksi yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu.  Pada penerbit Andi skala produksi terbitannya adalah 4 digit, kalau di penerbit indie mungkin skala terbitannya hanya 1 digit. 

5. Check Digit

Angka ini berfungsi sebagai validasi/angka pemeriksa.


Kode ISBN ini biasanya diletakkan di cover buku bagian belakang bersama barcode ISBN, berbentuk kode garis hitam yang merupakan lambang pengganti angka dengan ketebalan garis yang berbeda.

 

Sumber gambar : halamanmoeka.com/isbn-issn

Memilih Penerbit

Sebagai calon penulis, sebelum memutuskan untuk menawarkan naskahnya ke penerbit, ada baiknya calon penulis melihat dahulu histori hasil terbitan masing-masing penerbit.  Sehingga calon penulis bisa link and match dengan calon penerbitnya, dengan demikian tidak akan terjadi pengiriman naskah diluar ekspektasi, sehingga calon penulis yang memiliki naskah fiksi akan tepat mengirimkan naskahnya ke penerbit yang kuat di fiksi dan calon penulis non fiksi akan tepat mengirimkan naskahnya ke penerbit yang kuat di non fiksi.  Dengan adanya kesesuaian dalam hal ini, harapannya akan memberikan keuntungan pada kedua belah pihak.  

Banyak penerbit IKAPI yang mengelola terbitan antologi puisi, cerita pendek, atau novel.  Penulis dengan genre ini dapat mengirimkan ke sana, karena kesempatan untuk terbit biasanya cukup besar. Ada juga penerbit yang mengkhususkan anak perusahaannya untuk menerbitkan buku fiksi istilahnya Imprint (anak terbitan). Penerbit ANDI juga mempunyai imprint yaitu Imprint Sheila yang menangani terbitan Fiksi.

Daftar anggota IKAPI dapat di lihat di https://www.ikapi.org/anggota-ikapi/

"Sebagai calon penulis juga hendaknya jangan terpaku dengan satu penerbit. Jika melihat data IKAPI ada puluhan penerbit yang saat ini butuh sekali naskah yang bisa meledak semacam Laskar Pelangi hingga KKN di Desa Penari. Semua kemungkinan masih ada, jadi bagi penulis perintis harus berani mencoba. Meskipun saat ini semua penerbit juga terdampak pandemi, sehingga melambat dalam merespon tulisan. Melambat dalam pemroses naskah, dan melambat dalam memasarkan buku. Akan tetapi penerbit masih optimis ke depan pasca pandemi ini, pasar buku akan semain bergairah di semua lini media", lanjut Edy S. Mulyanta. Luar biasa sekali motivasi tren konten buku Penerbit ANDI ini.


Proposal  Penawaran Penerbitan Buku

Pada kesempatan ini Edy S. Mulyanta juga menjelaskan langkah awal dalam pengiriman naskah ke penerbit, yaitu dengan mengirimkan proposal penawaran penerbitan buku oleh penulis. Proposal ini digunakan sebagai pengenalan awal penawaran tulisan seseorang kepada penerbit.  Nantinya proposal ini dikirim  melalui e-mail penerbit yang menjadi sasaran penulis.

Lebih jauh lagi Edy S. Mulyana menjelaskan isi dari proposal tersebut, yang meliputi:

1. Judul Utama Buku

2. Sub judul jika diperlukan (sub judul ini memberikan penciri tersendiri untuk mempermudah pencarian tema).  Biasanya judul utama dapat sama dengan judul-judul yang ditulis oleh penulis lain, sub judul ini sebagai ciri khas dari tulisan setiap penulis.

3. Outline lengkap naskah, dalam bentuk bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya.

4. Target pasar sasaran tulisan, misalnya buku ini untuk guru, murid, atau orang tua, atau tulisan umum semua lapisan masyarakat

5. Tulislah Curiicullum Vitae penulis dalam bentuk narasi. Ini sangat penting untuk melihat kepakaran penulis di bidang apa, atau menonjol di bidang apa. Hal ini digunakan oleh bagian pemasaran untuk melihat besarnya potensi calon pembaca penulis tersebut.

 

Selain 5 hal diatas, akan lebih baik lagi jika penulis juga menyertakan satu bab sampel dalam proposalnya. Satu bab sampel ini akan ditelaah oleh bagian editorial, untuk melihat gaya penyampaian penulis, pemilihan kata (diksi) dan kalimat oleh penulis.

Edy S. Mulyanta menambahkan bahwa pada tema-tema tertentu gaya penyampaian ini sangat diperlukan, untuk dapat menggaet pembaca. Setiap pembaca mempunyai kecenderungan menyukai gaya tertentu dari penulisnya. Misalnya penulis menggunakan kalimat-kalimat aktif akan lebih banyak disukai oleh pembacanya dibanding dengan kalimat-kalimat pasif, karena penggunaan kalimat aktif akan memberikan efek powerfull.  

Dan setelah itu kirim proposal tersebut ke beberpa penerbit, agar dibaca editor atau redaktur penerbit.  Dan tidak perlu khawatir, rata-rata penerbit memperlakukan proposal penerbitan calon penulis sudah selayaknya naskah atau bakal buku yang akan terbit.  Sehingga akan melalui beberapa review. Di dalam Undang-undang perbukuan, tahap ini telah dibuat aturannya, sehingga setiap penerbit memang telah terstandarisasi mengikuti perundangan dari pemerintah tentang Naskah dan Buku.

Tahap selanjutnya adalah tahap cek plagiasi, yang dilakukan oleh editor bahasa.  Pada tahap ini akan diteliti seberapa besar penulis melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Cek plagiasi bisa dilakukan menggunakan aplikasi dan secara manual oleh editor yang berpengalaman.  Jika terjadi plagiasi di batas ambang yang kita tentukan, naskah akan dikembalikan untuk dimohonkan dilakukan revisi.  Plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas,  untuk itu jangan pernah lupa mencantumkan sumbernya dalam penulisan naskah non fiksi agar terhindar dari plagiasi.

Langkah akhir yang tidak kalah pentingnya, adalah membuat resume, abstract, atau calon sinopsis buku. Yang biasanya diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya tidak menguasai dengan detail materi.

Tentunya tidak berhenti sampai disini saja, setelah buku dinyatakan diterima, carilah endorsement dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat yang dikenal yang mempunyai follower atau massa banyak.  Endorsement memang memerlukan materi awal, tidak harus cover. Bisa dikirimkan terlebih dahulu ke calon endorsement. Memang akan lebih gampang jika ditulis bagian yang penulis kuasai atau sesuai dengan lingkungan pekerjaan penulis.  Hal ini akan berpengaruh pada pemasaran buku kedepannya.

Dengan mengetahui alur pengiriman naskah dan dengan adanya link and match antara penulis dan penerbit tentunya akan memudahkan proses penerbitan buku. Dan sekali lagi yang paling penting untuk diperhatikan adalah:

“Penerbit memerlukan informasi yang lengkap tentang materi yang akan ditawarkan kepadanya. Sehingga berikan penjelasan dengan cukup, sehingga dapat meyakinkan materi naskah penulis layak untuk dibaca dan dikonsumsi sejumlah besar calon pembaca. Tanpa clue petunjuk yang memadai dari penulis, penerbit bisa salah dalam mengambil keputusan. Sehingga jangan sia-siakan kesempatan untuk dikenal oleh calon pembaca yang menunggu tulisan-tulisan mencerahkan yang akan hadir setiap masa.”


Demikian penjelasan, pesan dan motivasi sekaligus kalimat penutup yang mencerahkan dan mampu memberikan energi baru dari Bapak Edy S. Mulyanta, semoga para penulis perintis dapat segera mewujudkan karya-karya bukunya. 

 


#Semangat menulis

#Salam literasi

#Berani Kepo Itu Luar Biasa

2 komentar: