Kamis, 05 November 2020

Telisik Penerbit Mayor (1): Buku, Penulis dan Penerbitnya

 

Menulis sebagai salah satu cara menuangkan isi hati atau pikiran seseorang ternyata tidak semudah menuangkannya secara verbal.

Setidaknya itu yang saya alami.  Menulis membutuhkan kemampuan tersendiri dan kemampuan tiap orang itu tidak sama.  Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk menulis, dari sekedar menyalurkan hobi sampai serius menekuni dunia tulis menulis dengan tujuan tertentu. Sebagian orang menyimpan karya tulisnya sebagai koleksi pribadi dalam bentuk buku harian dan yang lain memilih untuk mempublikasikan karya tulisnya agar bisa dinikmati oleh banyak orang, dalam bentuk buku.

Ketika kita bersiap untuk menulis dan menerbitkan buku maka otomatis kita akan berhubungan dengan penerbit.  Namun sayangnya, tidak semua orang tahu naskah seperti apa yang dikehendaki atau diminati penerbit sehingga penulis bisa mempublikasikan hasil karyanya dalam bentuk sebuah buku. Beruntung sekali, kali ini kami para pembelajar literasi dipertemukan dengan Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan (Penerbit Andi), Direktur Program  ANDY ACADEMY, Ketua I IKAPI Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga sebagai seorang penulis buku bersertifikat BSNP sekaligus assessor BNSP. Yuk simak bincang-bincang kita seputar “Menulis Buku yang Diterima Penerbit”.

 

Produk Buku di Pasar

Hal ini penting diketahui oleh penulis agar penulis bisa memastikan tipe buku atau kelompok buku yang akan di tulis sejak awal. Kelompok buku dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

1. Buku Teks

Yaitu buku yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi.

Termasuk dalam buku teks ini adalah:

a. Buku Pelajaran

Merupakan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan oleh siswa dari semua jenjang dari tingkat PAUD hingga SMA/SMK. 

b. Buku Perguruan Tinggi (PERTI)

Dengan banyaknya jumlah fakultas dan jurusan di perguruan tinggi tentunya buku teks perguruan tinggi mempunyai banyak varian.  Secara garis besar buku teks perguruan tinggi dibagi menjadi 2,yaitu:

1). Eksak

2). Non Eksak

 

2. Buku Non Teks

Yaitu buku yang tidak selalu dipergunakan dalam pengajaran.   Buku non teks dibagi menjadi 2 jenis buku, yaitu:

a. Fiksi

Termasuk dalam kelompok ini adalah:

- Komik

- Sastra : antologi, novel (populer dan non populer)

- Anak

- Khusus

b. Non Fiksi

Yang termasuk dalam buku non fiksi diantaranya buku anak,aktifitas anak, umum populer, komputer, internet, agama, hobi, dan khusus.

 

Penulis Buku

Penulisan sebuah judul buku tidak selalu ditulis oleh satu orang yang biasa dikenal dengan buku solo . Penulis sebuah judul buku bisa lebih dari satu orang, bisa dua, tiga dan seterusnya. Bahkan sebuah judul buku juga bisa diterbitkan hasil kerjasama dari banyak lembaga.  Tentunya buku yang diterbitkan dengan kerjasama dari banyak lembaga mempunyai keuntungan sendiri dalam hal pasar.  Dengan menggandeng beberapa lembaga sekaligus maka akan terbentuk pasar baru yaitu para member dari lembaga-lembaga itu sendiri.  Sehingga pasarnya sudah bisa dijamin bahwa buku itu akan dibeli minimal oleh anggota lembaga-lembaga yang mendukung terbitnya buku tersebut.  Selain kerjasama dengan lembaga, sebuah judul buku juga bisa diterbitkan dari hasil kerjasama dengan kampus.  Buku semacam ini pasarnya jelas ada setiap tahunnya, karena selalu dibutuhkan oleh mahasiswa baru. Ada lagi sebuah judul buku yang ditulis konsursium penulis.  Dicontohkan oleh Joko Irawan Mumpuni sebuah buku hasil kerjasama dengan UGM, yang ditulis oleh 20 orang Dewan Guru Besar UGM.  Dengan pembagian setiap orang mendapat jatah menulis 1 bab/chapter kemudian dibukukan menjadi satu judul.  Untuk penulisan semacam ini harus ada seorang editor konten yang menentukan batang tubuh, seperti isi buku terdiri dari berapa bab dan berapa pasal.  Setelah disepakati bersama maka ditentukan kewajiban banyaknya bab yang harus diselesaikan oleh masing-masing penulis.  Dalam penulisan buku seperti ini sangat menarik sekali, karena mendorong motivasi pada diri para penulisnya untuk menyelesaikan tulisannya tepat waktu.  Bagaimanapun buku dengan penulis lebih dari satu akan saling bergantung antara penulis yang satu dengan yang lain dalam hal ketuntasannya, karena ketika satu orang saja belum menyelesaikan tulisannya maka buku tersebut tidak akan bisa diterbitkan.


Motivasi, Kemampuan dan Pengetahuan Menulis

Joko juga menyampaikan beberapa tahapan terkait kemauan, kemampuan dan pengetahuan tulis menulis pada diri seseorang seperti tampak pada gambar berikut.



 1.     I won’t do it

Seseorang tidak mungkin mengikuti sebuah pelatihan menulis jika tidak ada keinginan untuk menulis. Jadi mustahil seseorang tidak ingin menulis jika saat ini bergabung dalam grup pelatihan menulis.

 

2.     I can’t do it

Setiap orang pasti bisa menulis, dari bangku sekolah tingkat SD hingga SMA sudah diajarkan dan pastinya juga telah mengerjakan berbagai tugas berupa karangan  bebas atau penyusunan laporan. Apalagi jika sudah menyelesaikan studi di perguruan tinggi karena ketika kuliah pasti sudah pernah bahkan sering menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan tulis menulis seperti penyusunan makalah hingga skripsi.  Rasa enggan biasanya lebih dominan dan menghalangi keinginan untuk memulainya sehingga seseorang merasa tidak bisa menulis.

 

3.     I want to do it

Pada tahapan ini keinginan seseorang untuk menulis itu muncul dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

 

4.     How do i do it?

Sampai disini rasa keingintahuan dan ingin mencoba makin dominan sehingga mendorongnya untuk mencari tahu bagaimana caranya agar bisa mewujudkan keinginannya. Mungkin dengan mengikuti berbagai pelatihan menulis untuk menambah pengetahuan atau bergabung ke dalam komunitas penulis. Karena jika ingin jadi penulis tentunya harus berkumpul dengan para penulis.

 

5.     I’ll try to do it

Di tahapan ini penulis mulai mencoba kemampuannya dengan menulis di berbagai media, atau mengikuti kegiatan menulis di berbagai kesempatan.

 

6.      I can do it

Ketika seseorang merasa sudah mampu untuk menulis, dan sudah menjadi rutinitas sehingga  kegiatan menulis bukan lagi menjadi hal yang sulit maka dia sudah sampai pada tahap ini.

 

7.     I will do it

Pada tahapan ini seseorang sudah mendapatkan rasa percaya dirinya sehingga keinginan untuk mewujudkanya semakin menguat dan mempunyai kebulatan tekad untuk mulai menulis dengan serius.

 

8.     Yes, I did it!

Tahap ini menandakan keberhasilan dalam menyelesaikan tulisannya dan menghasilkan buku untuk diterbitkan

 

Kira-kira berada diurutan keberapakah kita saat ini? Semoga kita sudah sampai pada tahapan Yes, I did it! Dan segera menghasilkan buku untuk diterbitkan.

 

Ekosistem Penerbitan

Ketika penulis bersiap untuk menerbitkan buku maka otomatis penulis akan berhubungan dengan penerbit. Untuk itu ada baiknya penulis mengetahui bagaimana ekosistem penerbitan.



Ada empat stekholder dalam ekosistem penerbitan yaitu:

1.     Penerbit

2.     Penyalur

3.     Pembaca

4.     Penulis

Dari keempat stekholder tersebut tiga diantaranya berperan sebagai pelaku industri yaitu penulis, penerbit dan penyalur sedangkan pembaca dalam istilah industri adalah sebagai pasar atau pembelinya.  Berbicara mengenai industri, penerbit sebagai perusahaan profitable, yang mencari keuntungan untuk bertahan hidup, demi kesejahteraan semua karyawannya menjadikan penerbit selektif, penerbit tidak akan menerbitkan sebuah buku jika tidak yakin buku itu akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa keberadaan penulis sangat penting bagi keberlangsungan hidup orang lain. Sebagai contoh, misalkan ada satu judul buku saja dari penulis yang masuk ke penerbit kemudian diterbitkan maka kegiatan ekonomi itu akan berjalan dan dijalankan oleh banyak pihak. Dengan demikian akan ada banyak orang yang akan memiliki pekerjaan dan bisa menghidupi keluarganya.  Sehingga tidak berlebihan jika Joko Irawan Mumpuni menyebut penulis adalah orang yang mulia tidak kalah mulianya dengan jabatan lain karena menghidupi banyak orang.

 

Penghambat Pertumbuhan Industri Penerbitan

Di Indonesia tingkat literasi masyarakatnya masih rendah dibanding dengan negara-negara Asia bahkan di Asia Tenggara. Tingkat literasi ini mempengaruhi pertumbuhan industri penerbitan. Tingkat literasi yang rendah bisa menjadi penghambat pertumbuhan industri penerbitan, hal ini disebabkan karena budaya literasi kita yang tidak ditumbuhkan, yaitu:

1.     Minat baca

-   Budaya baca rendah

-   Kurangnya bahan bacaan

-   Kualitas bacaan

 

2.     Minat tulis

-   Budaya tulis kurang

-   Tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan

-   Anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan

 

3.     Apresiasi hak cipta

-   Pembajakan

-   Duplikasi non legal

-   Perangkat hukum

Dengan demikian perlu bagi kita untuk meningkatkan budaya literasi ini agar tidak ketinggalan jauh dari negara-negara lain dan juga agar pertumbuhan industri penerbitan/literasi dapat meningkat.


Bagaimanapun keberadaan buku memang sangat dibutuhkan. Lantas bagaimana proses  penerbitan buku?

Baca selengkapnya di Telisik Penerbit Mayor(2): Naskah Menjadi Buku

 


#Berani kepo itu luar biasa 


  

 

 

6 komentar: