Menulis sebagai salah satu cara menuangkan isi hati atau pikiran seseorang ternyata tidak semudah menuangkannya secara verbal.
Setidaknya itu yang saya alami. Menulis membutuhkan kemampuan tersendiri dan kemampuan tiap orang itu tidak sama. Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk menulis, dari sekedar menyalurkan hobi sampai serius menekuni dunia tulis menulis dengan tujuan tertentu. Sebagian orang menyimpan karya tulisnya sebagai koleksi pribadi dalam bentuk buku harian dan yang lain memilih untuk mempublikasikan karya tulisnya agar bisa dinikmati oleh banyak orang, dalam bentuk buku.Ketika kita bersiap
untuk menulis dan menerbitkan
buku maka otomatis kita akan berhubungan dengan penerbit. Namun sayangnya, tidak semua orang tahu
naskah seperti apa yang dikehendaki atau diminati penerbit sehingga penulis
bisa mempublikasikan hasil karyanya dalam bentuk sebuah buku. Beruntung sekali,
kali ini kami para pembelajar literasi dipertemukan dengan Joko Irawan Mumpuni,
Direktur Penerbitan (Penerbit Andi), Direktur Program ANDY ACADEMY, Ketua I IKAPI Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga sebagai
seorang penulis buku bersertifikat BSNP sekaligus assessor BNSP. Yuk simak
bincang-bincang kita seputar “Menulis Buku yang Diterima Penerbit”.
Produk Buku di Pasar
Hal ini penting diketahui oleh penulis agar penulis bisa
memastikan tipe buku atau kelompok buku yang akan di tulis sejak awal. Kelompok buku dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Buku Teks
Yaitu buku yang dipergunakan untuk proses belajar
mengajar dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi.
Termasuk dalam buku teks ini adalah:
a. Buku Pelajaran
Merupakan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan oleh siswa
dari semua jenjang dari tingkat PAUD hingga SMA/SMK.
b. Buku Perguruan Tinggi (PERTI)
Dengan banyaknya jumlah fakultas dan jurusan di perguruan
tinggi tentunya buku teks perguruan tinggi mempunyai banyak varian. Secara garis besar buku teks perguruan tinggi dibagi menjadi 2,yaitu:
1). Eksak
2). Non Eksak
2. Buku Non Teks
Yaitu buku yang tidak selalu dipergunakan dalam
pengajaran. Buku non teks dibagi
menjadi 2 jenis buku, yaitu:
a. Fiksi
Termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Komik
- Sastra : antologi, novel (populer dan non populer)
- Anak
-
Khusus
b. Non Fiksi
Yang termasuk dalam buku non fiksi diantaranya buku anak,aktifitas anak, umum
populer, komputer, internet, agama, hobi, dan
khusus.
Penulis Buku
Penulisan sebuah judul buku tidak selalu ditulis oleh satu orang yang biasa dikenal dengan buku solo . Penulis sebuah judul buku bisa lebih dari satu orang, bisa dua, tiga dan seterusnya. Bahkan sebuah judul buku juga bisa diterbitkan hasil kerjasama dari banyak lembaga. Tentunya buku yang diterbitkan dengan kerjasama dari banyak lembaga mempunyai keuntungan sendiri dalam hal pasar. Dengan menggandeng beberapa lembaga sekaligus maka akan terbentuk pasar baru yaitu para member dari lembaga-lembaga itu sendiri. Sehingga pasarnya sudah bisa dijamin bahwa buku itu akan dibeli minimal oleh anggota lembaga-lembaga yang mendukung terbitnya buku tersebut. Selain kerjasama dengan lembaga, sebuah judul buku juga bisa diterbitkan dari hasil kerjasama dengan kampus. Buku semacam ini pasarnya jelas ada setiap tahunnya, karena selalu dibutuhkan oleh mahasiswa baru. Ada lagi sebuah judul buku yang ditulis konsursium penulis. Dicontohkan oleh Joko Irawan Mumpuni sebuah buku hasil kerjasama dengan UGM, yang ditulis oleh 20 orang Dewan Guru Besar UGM. Dengan pembagian setiap orang mendapat jatah menulis 1 bab/chapter kemudian dibukukan menjadi satu judul. Untuk penulisan semacam ini harus ada seorang editor konten yang menentukan batang tubuh, seperti isi buku terdiri dari berapa bab dan berapa pasal. Setelah disepakati bersama maka ditentukan kewajiban banyaknya bab yang harus diselesaikan oleh masing-masing penulis. Dalam penulisan buku seperti ini sangat menarik sekali, karena mendorong motivasi pada diri para penulisnya untuk menyelesaikan tulisannya tepat waktu. Bagaimanapun buku dengan penulis lebih dari satu akan saling bergantung antara penulis yang satu dengan yang lain dalam hal ketuntasannya, karena ketika satu orang saja belum menyelesaikan tulisannya maka buku tersebut tidak akan bisa diterbitkan.
Motivasi,
Kemampuan dan Pengetahuan Menulis
Joko juga menyampaikan
beberapa tahapan terkait kemauan,
kemampuan dan pengetahuan tulis
menulis pada diri seseorang seperti tampak pada gambar berikut.
Seseorang tidak mungkin mengikuti sebuah pelatihan menulis jika tidak ada keinginan untuk menulis. Jadi mustahil seseorang tidak ingin menulis jika saat ini bergabung dalam grup
pelatihan menulis.
2. I can’t do it
Setiap orang pasti bisa menulis, dari bangku sekolah tingkat SD hingga SMA
sudah diajarkan dan pastinya juga telah mengerjakan berbagai tugas berupa
karangan bebas atau penyusunan laporan.
Apalagi jika sudah menyelesaikan studi di perguruan tinggi karena ketika kuliah
pasti sudah pernah bahkan sering menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan
tulis menulis seperti penyusunan makalah hingga skripsi. Rasa enggan biasanya lebih dominan dan
menghalangi keinginan untuk memulainya sehingga seseorang merasa tidak bisa menulis.
3. I want to do it
Pada tahapan ini keinginan seseorang untuk menulis itu muncul dengan
berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
4. How do i do it?
Sampai disini rasa keingintahuan dan ingin mencoba makin dominan sehingga
mendorongnya untuk mencari tahu bagaimana caranya agar bisa mewujudkan
keinginannya. Mungkin dengan mengikuti berbagai pelatihan menulis untuk
menambah pengetahuan atau bergabung ke dalam komunitas penulis. Karena jika
ingin jadi penulis tentunya harus berkumpul dengan para penulis.
5. I’ll try to do it
Di tahapan ini penulis mulai mencoba kemampuannya dengan menulis di
berbagai media, atau mengikuti kegiatan menulis di berbagai kesempatan.
6. I
can do it
Ketika seseorang merasa sudah mampu untuk menulis, dan sudah menjadi rutinitas sehingga kegiatan
menulis bukan lagi menjadi hal yang sulit maka dia sudah sampai pada tahap ini.
7. I will do it
Pada tahapan ini seseorang sudah mendapatkan rasa percaya dirinya sehingga
keinginan untuk mewujudkanya semakin menguat dan mempunyai kebulatan
tekad untuk mulai menulis dengan
serius.
8. Yes, I did it!
Tahap ini menandakan keberhasilan dalam menyelesaikan tulisannya dan
menghasilkan buku untuk diterbitkan
Kira-kira berada
diurutan keberapakah kita saat ini? Semoga kita sudah sampai pada tahapan Yes,
I did it! Dan segera
menghasilkan buku untuk diterbitkan.
Ekosistem
Penerbitan
Ketika penulis bersiap untuk menerbitkan buku maka
otomatis penulis akan
berhubungan dengan penerbit. Untuk itu ada baiknya penulis mengetahui bagaimana ekosistem penerbitan.
Ada empat
stekholder dalam ekosistem penerbitan yaitu:
1. Penerbit
2. Penyalur
3. Pembaca
4. Penulis
Dari keempat
stekholder tersebut tiga diantaranya berperan sebagai pelaku industri yaitu
penulis, penerbit dan penyalur sedangkan pembaca dalam istilah industri adalah
sebagai pasar atau pembelinya. Berbicara
mengenai industri, penerbit sebagai
perusahaan profitable, yang mencari keuntungan untuk bertahan hidup, demi kesejahteraan semua karyawannya menjadikan penerbit selektif, penerbit tidak
akan menerbitkan sebuah buku jika tidak yakin buku itu akan menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa keberadaan
penulis sangat penting bagi keberlangsungan hidup orang lain. Sebagai contoh,
misalkan ada satu judul buku saja dari penulis yang masuk ke penerbit kemudian
diterbitkan maka kegiatan ekonomi itu akan berjalan dan dijalankan oleh banyak
pihak. Dengan demikian akan ada banyak orang yang akan memiliki pekerjaan dan
bisa menghidupi keluarganya. Sehingga
tidak berlebihan jika Joko Irawan Mumpuni menyebut penulis adalah orang yang
mulia tidak kalah mulianya dengan jabatan lain karena menghidupi banyak orang.
Penghambat Pertumbuhan Industri Penerbitan
Di Indonesia tingkat literasi masyarakatnya masih rendah dibanding dengan negara-negara Asia bahkan di Asia Tenggara. Tingkat literasi ini mempengaruhi pertumbuhan industri penerbitan. Tingkat literasi yang rendah bisa menjadi penghambat pertumbuhan industri penerbitan, hal ini disebabkan karena budaya literasi kita yang tidak ditumbuhkan, yaitu:
1.
Minat baca
-
Budaya baca rendah
-
Kurangnya bahan bacaan
-
Kualitas bacaan
2.
Minat tulis
-
Budaya tulis kurang
-
Tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan
-
Anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan
penerbitan
3.
Apresiasi hak cipta
-
Pembajakan
-
Duplikasi
non legal
-
Perangkat
hukum
Dengan demikian
perlu bagi kita untuk meningkatkan budaya literasi ini agar tidak ketinggalan
jauh dari negara-negara lain dan juga agar pertumbuhan industri
penerbitan/literasi dapat meningkat.
Bagaimanapun keberadaan buku memang sangat dibutuhkan. Lantas bagaimana proses penerbitan buku?
Baca selengkapnya di Telisik Penerbit Mayor(2): Naskah Menjadi Buku
#Berani kepo itu luar biasa
Semangat terus mengejar resume hehe...
BalasHapusYa Bu...kayak ngejar bis kota saiiaaa🤭
HapusResume bagus dan lengkap, cukup informatif. Semangat menulis
BalasHapusTerimakasih...💪
BalasHapusTulisan bagus dan lengkap. terima kasih informasinya.
BalasHapussama-sama...semoga bermanfaat ^-^
Hapus