Penat kaki ini memaksaku duduk selonjor di atas karpet merah yang memudar tertimpa sinar matahari saban hari.Lalu lalang suara mobil yang melintas di jalan depan rumah membawa pikiranku hilir mudik entah kemana.
Tumpukan kertas kerja yang enggan berbaris rapi berjajar disepanjang meja tamu sekaligus meja kerjaku.
Sementara buku-buku diam tertegun memandangku dari rak sudut ruangan itu. Diantara rasa capek, marah dan kesal pelan-pelan keputusasaan itu pun menghampiriku. Bagaimana mungkin kau menghilang begitu saja? Kuhela napas panjang membuang rasa tak nyaman itu jauh-jauh.
Menyusupkan wajahku dalam-dalam diantara tumpukan bantal. Huft...pikiranku masih berputar-putar dengan segudang pertanyaan.
Dimana kau?
Tanpamu apa yang bisa aku lakukan?
Bagaimana aku bisa menemukan jalan keluar?
Bagaimana aku menyelesaikan ini semua?
Saat ini semua pekerjaanku bergantung padamu.
Semua pertanyaan itu membuatku kehilangan gairah, tak bertenaga. Bukan hanya hati dan pikiran bahkan badanku pun terasa lowbatt.
Kupalingkan wajah menatap sayu sepanjang tepian karpet. Dan betapa aku terperangah tiba-tiba melihatmu diujung sana. Seketika aku bangkit dan mataku berbinar menatapmu. Aku bisa merasakannya.
"Halo... ternyata kau disini!", teriakku tanpa suara. Betapa senangnya hatiku saat itu hingga tak kuasa untuk berkata-kata.
Jangan pernah bersembunyi dariku seperti itu lagi. Meringkuk diantara kabel olor. Pantas aku tak mengenalimu. Bikin bete tahu! Ah...charger handphone-ku.
Bagus, bikin tertawa sendiri.sukses buat blognya.
BalasHapusterima kasih sudah berkunjung Bu...
BalasHapus