Kamis, 04 Maret 2021

Footstep



Dokumen pribadi
Saat ini cuaca bisa saja berubah seketika. Pagi yang cerah dengan sekejap berubah menjadi mendung. Kadang dari pagi buta sudah gerimis tak lama kemudian matahari bersinar cerah. Kadang-kadang seharian mendung atau hujan yang tak kunjung reda. Seperti hari ini. Cuaca sedikit mendung, kadang-kadang matahari datang menyinari tapi segera bersembunyi dibalik awan lagi.


Hari ini aku harus ke kota untuk suatu keperluan. Tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk sampai ditempat tujuan. Langit sudah berawan kelabu saat aku selesai dengan urusanku. Aku bergegas menuju tempat parkir dan segera melaju dengan motorku. Tak lama kemudian, butiran lembut air mulai nampak di kaca helmku. Kupacu motor berharap tak kehujanan di jalan. Ah ... sayang aku terpaksa harus berhenti sejenak. Lampu merah sudah menghadang didepanku. Tetesan air sudah mulai melagukan simponi hujan di kaca helm. Sangat lama bagiku menunggu lampu itu berganti warna hijau. Cepatlah ...! Cepatlah ...! Tatapanku tak lepas dari lampu lalu lintas itu. Akhirnya berubah juga. Segera motorku bergerak melaju diantara pengendara motor lain. Aku harus sampai di rumah sebelum hujan semakin deras.
Tapi sekali lagi aku harus berhenti karena Si Merah menyala lagi dipersimpangan jalan. Tiiin ... tiiin ... suara klakson mobil dibelakang menyadarkanku yang sedang sibuk menggerutu. Rupanya Si Hijau sudah menampakkan wajahnya.
Gas poool ... motorku melesat dan meliuk manis ditikungan pertigaan lalu melenggang disepanjang jalan. Kepadatan jalan sudah berkurang saat masuk jalur menuju arah luar kota. Sementara air hujan berkejaran mencapai bumi. Aku masih bertahan untuk tidak mengenakan jas hujan. Toko Alfamart target pemberhentian pertamaku sepertinya tidak terlalu jauh. Mungkin aku bisa sampai disana sebelum hujan deras. Hmm...tapi sepertinya tidak akan berhasil. Didepan tampak kabut putih yang menandakan hujan sedang turun dengan lebatnya disana. Segera kuinjak rem motorku, menepi, memakai jas hujan, dan melanjutkan perjalanan.


Masih diiringi hujan rintik-rintik.  Tampak genangan air di kanan kiri ruas jalan yang menandakan baru saja hujan deras. Toko Alfamart sudah tampak. Sesampainya disana dengan sedikit terburu-buru kuparkir motor lalu bergegas masuk. Segera kuambil 2 kantong beras merah dan membawanya ke kasir. Sudah 3 minggu ini aku menanak nasi merah untuk Pak Suami. Sejak tahu Pak Suami mengidap diabetes. Alhamdulillah ... sudah ada kemajuan, sekalipun hasil cek gula darah masih menunjukkan angka 549. Daripada sebelumnya tak nampak angka sama sekali.  Hujan mulai deras lagi saat belanjaanku masih dihitung kasir toko. Masih dengan melihat keluar toko kuulurkan uang ke kasir. Done!


Sejenak aku terdiam diteras toko. Hujan turun dengan lebatnya. Tampak sinar kilat beberapa kali dikejauhan. Jangan ada petir. Aku selalu takut ketika ada petir, apalagi diikuti suara yang menggelegar. Aku harus segara pulang. Kubulatkan tekad dan memacu motorku menerobos hujan. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya aku berdoa agar hujan segera reda dan tidak ada petir.


Alhamdulillah akhirnya sampai juga dirumah dengan selamat. Hujan semakin deras disertai angin kencang. Dengan tergesa-gesa kudorong motorku masuk ke rumah. Berat sekali motorku kali ini. Ah...gigi persenelengnya. Langsung injak mundur persenelengnya tapi masih nyangkut juga. Sementara itu, lap ... lap! Cahaya petir menyambar menerangi sekitar. Posisi yang tidak menguntungkan. Aku dan motorku terjebak di tengah-tengah pintu. Dengan ketakutan kupaksa motorku masuk tapi tidak bisa juga. Kutengok bagian belakang motorku, tak ada yang tersangkut. Kucoba sekali lagi tapi belum berhasil juga. Kupaksa sekali lagi, kali ini dengan full power. Bersamaan dengan bunyi kraaak! Motorku berhasil masuk. Kutengok ke belakang mencari sumber suara. Waduuuuh...kusen pintuku bagian bawah lepas dari dindingnya. Pandanganku beralih ke bagian bawah motor. Rupanya footstep motorku tersangkut kusen pintu.
Kusen pintu itu memang sudah rapuh pantas saja sampai lepas dari dinding.
Sambil melepas jas hujan kupandangi kusen pintu itu.
Pintunya tidak bisa ditutup. 
Hmm ... sepertinya masih bisa diperbaiki.  Tinggal bersihkan sisa dinding yang lepas lalu paku lagi ... beres!
Mumpung Pak Suami belum datang. Bergegas aku mengambil perkakas.

Greeeng ... kudengar motor berhenti.
"Assalamu'alaikum ... " salam Pak Suami mengagetkanku.
Waduuuuh ... pintunya masih belum lagi kuperbaiki.
Bagaimana ini?



2 komentar: