Selasa, 12 Oktober 2021

Jahilnya Putih Abu-Abu 90

Sumber: IdeModelBusana.com

Bel berbunyi ketika baru saja kusandarkan sepeda anginku di tiang tempat parkir sekolahku. 

Aku memang agak kesiangan.  Perjalanan 7 km yang biasanya membutuhkan waktu setengah jam dari rumah, kali ini hanya kutempuh 20 menit saja.  Dengan sedikit berlari aku menuju kelas yang bersebelahan dengan ruang dewan guru.  Yudi, teman sebangkuku sudah ada disana. 

Yudi anaknya pendiam, sekalipun suka bercanda tapi nggak pernah bikin gaduh. Kami suka memperhatikan teman-teman yang bersenda gurau lalu ikut-ikutan tertawa saat salah satu diantara mereka berlaku konyol.

Hm..waktunya Pak Faruk gumamku.  Segera kukeluarkan buku catatan Matematika pelajaran pertama hari ini.  Sambil menunggu Pak Faruk datang, aku mencari angin dengan mengipas-ngipas buku yang lebih tipis.  Sudah hampir 10 menit tapi Pak Faruk belum datang juga.  Pintu kelas sudah tertutup rapat dan teman-teman hanyut dalam keasyikan senda gurau hingga menimbulkan suara gaduh.  

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.  Temanku yang duduk dibawah jendela teras kelas memberi kode agar teman-teman diam.  Irama hak sepatu terdengar didepan kelas dan hampir sampai pintu kelas, dengan santainya Sholeh yang duduk dibangku paling belakang langsung memberi komando.

"Siap, beri hormat!" Sholeh memberi aba-aba.

"Selamat pagi...!" sahut teman-teman kompak, seolah-olah ada guru yang berdiri di depan kelas.

Sejenak suara hening.  Semua perhatian tertuju pada suara hak sepatu yang melintas.  Suara itu masih terdengar. Dengan spontan Rizal memanggil nama teman-teman sesuai nomor absen, layaknya guru yang mengecek kehadiran siswanya.  Anehnya teman-teman mengikuti saja kemauan Rizal.  

"Hadir Pak..." jawab teman-teman sambil menahan tawa setiap kali selesai mengucapkannya. 

Sementara Deni segera mengambil buku paket dan menulis beberapa soal latihan matematika di papan tulis.  Tidak lupa menyematkan perintah pengerjaan tugasnya di baris paling atas sendiri.

Kembali hening, kami memasang telinga baik-baik.  Menghitung suara hak sepatu yang melintas. Satu...dua...tiga hingga akhirnya melewati pintu kelas.  Teman-teman pun akhirnya tertawa cekikikan dan irama kegaduhan mulai terdengar lagi riuh rendahnya.

Muslihat kami berjalan mulus.  Sampai jamkos itu berakhir tak satu pun guru curiga bahwa di kelas kami tak ada guru yang mengajar.

Geli juga kalau ingat itu.

Kenakalan putih abu-abu  era 90-an.


Pasuruan, 12-10-2021



2 komentar: