Jumat, 27 November 2020

Sebagai Bukti Bahwa Kita Pernah Ada


Perempuan yang biasa dipanggil Nora kelahiran Kudus yang sekarang menetap di Semarang ini bernama lengkap Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Seorang penulis yang berprofesi sebagai guru di SMP Negeri 8 Semarang dan ibu dari dua balita. Penulis ini aktif menulis di blog dan tergabung dalam Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, sebagai penulis baru di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, salah satu tim admin di website guru penggerak, anggota Komunitas Koordinator Virtual Indonesia (KKVI), anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya dan IPA, serta Pembimbing ekstrakurikuler KIR SMP. 
Dengan bergabung di banyak komunitas seperti itu, bagaimana bisa berkarya seperti sekarang ini? Kepoin yuk...!!!

Penyuka berbagai aneka masakan ini mengantongi banyak prestasi, sebagai juara Harapan I lomba karya tulis di Universitas Negeri Semarang, program pendanaan Dinas Provinsi Jawa Tengah pada program fasilitasi karya ilmiah tingkat Provinsi Jawa Tengah, Program pendanaan LPPM pada usulan program pengabdian masyarakat, program pendanaan DIKTI pada program kreativitas mahasiswa tingkat nasional, pendanaan program Student Grand Hibah I'm Here DIKTI, serta sebagai pembimbing yang mengantarkan tim menjadi juara I lomba karya tulis ilmiah SMA tingkat Jawa tengah.

Karyanya pun tak ketinggalan banyaknya, meliputi bahan ajar Kimia SMA, buku antologi “Menciptakan Pola Pembelajaran Efektif dari Rumah”, buku seri Ekoji Academy “Digital Mindset”, buku ” Jurus Jitu Menulis dan Berprestasi”, buku antologi ” Kisah Inspiratif Sang Guru”, dan beberapa artikel yang telah dimuat di media daring dan cetak. Saat ini sedang tahap penyelesaian naskah buku yang kedua untuk seri Ekoji Academy “Gamifikasi, Belajar Menyenangkan Seasyik Bermain Game”, naskah antologi bersama siswa ” Belajar dari Covid-19 ” dan tahap finishing naskah buku ” Kiat Praktis Menulis Mul Berbasis Riset ” yang merupakan pengubahan tesis menjadi buku.

Bahkan pada masa pandemik ini Ibu Nora aktif menulis dan berhasil menerbitkan beberapa karyanya. Beliau mengatakan bahwa wabah ini menjadi berkah untuk Beliau karena bisa memulai lagi untuk berkarya. Selain buku, Beliau juga membuat artikel yang juga terbit di media cetak. Dan saat ini ada 3 buku yang sedang dalam proses pembuatan.

Pada masa pendemik seperti saat ini banyak kendala yang ditemui selama proses pengerjaan beberapa bukunya. Karena pembelajaran daring dirasa jauh lebih banyak persiapan daripada tatap muka. Banyaknya kegiatan menjadi kendala utama bagi Beliau. Sehingga pilihan jatuh pada skala prioritas agar semua pekerjaan terselesaikan. Dan ternyata malas dan jenuh juga menghinggapi Beliau yang kemudian menjadi masalah keduanya. Maklumlah, Beliau termasuk tipikal orang yang mudah jenuh jika mengerjakan kegiatan yang sama berulang-ulang. Untuk mengatasinya, Beliau akan beralih ke kegiatan lain sebagai refreshing. Nonton film menjadi pilihannya atau baca novel online atau apapun yang membuat suasana hatinya nyaman. Jika semangat sudah full tank langsung tancap gas untuk kembali berkarya. Tentunya Beliau juga tidak membiarkan hal ini berlarut-larut, cukup 1-2 hari untuk bersantai setelah itu akan kembali melanjukan karyanya.

Selain itu, kendala ketiga yang Beliau dapatkan adalah masalah krisis ide. Jika sudah seperti ini Beliau langsung menerapkan jurus Bapak Akbar Zainuddin, karena segala sesuatu yang kita rasa, kita lihat dapat dijadikan ide. Berikut contoh tulisan Beliau hasil penerapan jurus Bapak Akbar Zainuddin, yang idenya muncul saat jalan-jalan, menonton acara TV dan curhatan hatinya saat merasakan beratnya menjadi wali kelas pada masa pandemik :


Jadi intinya adalah apapun yang kita rasakan dan pikirkan, dapat diubah menjadi sebuah tulisan, karena Beliau yakin, tidak ada yang tidak bisa menulis, karena menulis bagi Beliau sama dengan berbicara. Bedanya hanya dituangkan lewat tulisan.

Selain menggunakan jurus Bapak Akbar Zainuddin, cara lain untuk mengikat ide dapat dilakukan dengan banyak membaca buku referensi. Namun sebelum itu, pastikan dulu jenis karya yang akan dibuat, apakah fiksi atau non fiksi. Jika ingin menulis fiksi tentunya bahan bacaan yang dipilih juga fiksi, seperti novel, cerpen dan lain sebagainya. Begitu pula untuk penulisan karya non-fiksi. Tentukan tema yang akan ditulis, cari referensi baik dari buku sejenis atau jurnal ilmiah, dari kegiatan membaca ini nanti akan muncul ide yang dapat dijadikan bahan untuk menulis.

Kendala berikutnya adalah masalah perbendaharaan diksi. 
Cara mengatasinya? Sekali lagi banyak membaca. 
Membaca artikel orang lain atau membaca novel dan karya apapun, karena dengan banyak membaca akan memperkaya diksi.

Kendala terakhir yang ditemui adalah takut menulis karena takut salah. Hal ini dialami Beliau di awal-awal bergabung di grup Belajar Menulis Bersama Om Jay. Tetapi Om Jay berhasil meyakinkan Beliau bahwa tak perlu merasa takut salah. Tulis saja apa yang kita pikirkan, tidak perlu permasalahkan EYD atau kaidah kebahasaan yang lain, cukup tulis hingga selesai. Jika sudah, baca ulang lalu lakukan editing sesuai kaidah. Jika dari awal kita sudah memikirkan EYD dan yang lain, maka tidak akan terwujud tulisan. Dan cara itu berhasil dipraktekkannya sehingga tulisan dapat mengalir sendiri.

Satu hal istimewa lain dari perjalanan menulis Ibu Nora adalah adanya pencapaian luar biasa yang Beliau dapatkan. yaitu ketika untuk pertama kalinya menulis dan langsung dapat terbit di penerbit mayor. Apalagi untuk menyelesaikan naskah buku itu tidaklah mudah karena hanya diberikan waktu 1 minggu saja. Dan menghabiskan waktu 1 bulan untuk proses penulisan, bimbingan dan editing sampai akhirnya buku dapat terbit di penerbit mayor ANDI Offset.

Dalam proses penerbitan buku, sebelum naskah naik cetak terlebih dahulu disunting. Ketika melakukan swasunting, menurut Beliau prosesnya lebih lama dibandingkan menulis, karena selain editing EYD, menghubungkan antar kalimat agar pas, membuat kalimat agar renyah dibaca memang tidak mudah.  Untuk menyikapi hal ini kiat Beliau adalah dibaca sendiri berulang-ulang, atau minta tolong dibaca rekan guru lain atau rekan dengan profesi lain. Nantinya pasti ada banyak kekurangan yang ditemukan dan dari situlah kemudian dilakukan revisi.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dari penulisan buku adalah outline. Tuliskan dulu outlinenya. Outline ini akan menjawab pertanyaan :
  • What yaitu apa
  • Why yaitu mengapa bisa berarti pentingnya, manfaat dan tujuan
  • How yaitu bagaimana bisa berarti aplikasi, penerapan, bagaimana cara/model/metode dan lain sebagainya
Jika sudah punya outline, pastikan tulisan tidak keluar dari outline itu.
  • What dan why untuk bab awal (pembuka)
  • How untuk bab isi
  • Biasanya diberikan contoh penerapan untuk bab terakhir (penutup)
Dengan demikian tulisan ini akan menjadi tulisan yang utuh dan tidak melompat-lompat.

Berbicara tentang kiat suksesnya dalam menulis, dengan banyaknya kegiatan dan kesibukan sebagai guru, ibu rumah tangga dan sekaligus kuliah tentu bukan perkara mudah untuk bisa terus menulis. Tentu ada kiat-kiat yang digunakan, Beliau menggunakan kiat NIAT-PAKSA-MAU. Niat untuk mau menulis harus ada, tentunya harus dipaksa juga karena jika hanya ada niat tetapi tidak ada kemauan kuat alias pemaksaan, maka kata MAU tidak akan terwujud. Namun selain itu yang penting juga adalah pengaturan waktu dan disiplin dalam melaksanakan jadwal menulis. Setiap orang punya target waktu penulisan yang berbeda-beda. Beliau mempunyai target menulis wajib selesai dalam 1 bulan. Jadi bab-bab yang sudah dituliskan di outline dibagi dalam 30 hari penulisan. Misalnya ada 5 bab, berarti dalam waktu 6 hari harus selesai 1 bab termasuk proses editingnya, jadi dalam waktu 30 hari sudah bisa tuntas diselesaikan.

Bagaimana pendapat Beliau tentang keberadaan buku cetak pada jaman digital saat ini?
Untuk saat ini dimana jutaan informasi atau pengetahuan banyak bertebaran di internet termasuk buku elektronik, Ibu Nora tetap mengaggap bahwa keberadaan buku cetak adalah penting. Baik buku elektronik maupun buku cetak, keduanya istimewa bagi Beliau. Memiliki buku cetak tentu akan semakin menambah banyaknya koleksi buku yang dimiliki, selain itu anggota keluarga lain juga dapat ikut membaca karena tidak semua orang nyaman membaca online.
Bagi Ibu Nora, buku merupakan sejarahnya. Karena melalui buku ini nama Beliau bisa diingat, karya-karyanya masih dapat dinikmati dan hidup meskipun raga sudah tak ada.


Jadi mari menulis sebagai bukti bahwa kita pernah ada, seperti yang disampaikan Ibu Nora bahwa semua orang pasti bisa menulis. Karena menulis sama dengan berbicara. Jika berbicara saja kita lancar, mengapa tidak dengan menulis?
Dan sebagai penyemangat, di akhir bincang-bincang kali ini Ibu Nora memberikan kalimat penutup yang luar biasa.


Berkarya ketika waktu luang itu biasa, namun berkarya di tengah kesibukan yang luar biasa, itu baru istimewa


Semoga bisa menjadi motivasi bagi kita semua.




#Berani Kepo Itu Luar Biasa
#Semangat Belajar





4 komentar:

  1. Saya benar - benar kagum dengan guru - guru seperti ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Di tengah kesibukannya sebagai seorang pendidik, perannya sebagai seorang ibu dan istri tetapi masih bisa berorganisasi dan menulis di blog itu sangat hebat menurut saya karena membagi peran diantara semua hal itu cukup sulit tetapi ibu Nora bisa itulah letak kehebatan yang saya maksudkan di sini.

    Saya juga sependapat bahwa ide menulis sebenarnya ada disekitar kita asal mau menggali dan mengemasnya dalam sebuah tulisan.

    Tips yang diberikan, berdasarkan konsep 5 W + 1 H layak dicoba, sangat bermanfaat tipsnya. Terima kasih banyak ibu, semoga tetap semangat dalam membagikan hal - hal positif kepada pembaca. salam hangat.

    BalasHapus
  2. Betul Pak
    Selalu kagum dengan guru-guru super aktif namun dapat terus berkarya tanpa melupakan peran dan tanggungjawabnya sebagai ibu rumah tangga, wanita karir dan bagian dari suatu organisasi

    terimaksih sudah mampir

    BalasHapus
  3. Wah, jadi inspirasi kita semua nih, Bu. RUmusnya, rajin nulis maka untaian diksi dan ide berasa mengalir deras ya Bu. Ditambah lg dengan manajemen waktu yang hebat. Mantab kuadrat pokoknya.
    Salam, Bu iin :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir pak
      sering menulis sangat membantu memperbaiki rangkaian diksi kita tentunya dengan segudang bacaan referensi ^-^

      Hapus