Rabu, 02 Desember 2020

Rezeki Nomplok


Pagi ini matahari tampak cerah bersahabat setelah dua hari sebelumnya enggan muncul dari balik awan kelabu.  Hmm...terang cahayamu, hangat sinarmu lembut menyapa setiap mahluk di atas tempat berpijaknya memberikan semangat untuk segera berkarya.

Akupun merasa begitu.  Langkahku riang dan ringan mendekati motor Supra Fitku yang sudah siap mengantarku ke sekolah menemui malaikat-malaikat mungilku.  

"Assalamu'alaikum Bu!" teriak Billa gadis gembul berkepang dua menyambutku di halaman sekolah.

"Wa'alaikumussalam Billa." sahutku tak kalah semangatnya.

Kami berkesempatan bertemu satu minggu sekali untuk bertatap muka.  Satu kelas kami bagi menjadi 3 kelompok beranggotakan 4-6 orang. Setiap kelompok akan datang bergantian ke sekolah sesuai jadwal yang ditentukan. Pemantapan materi, penyerahan rangkuman materi juga soal latihan untuk kegiatan Belajar dari Rumah kami lakukan sesingkat mungkin untuk menghindari waktu berkerumun yang terlalu lama. Namun karena aku mengajar kelas awal maka melatih dan meningkatkan kemampuan membaca menjadi prioritasku.  Apalagi latar pendidikan orang tua siswa kurang mendukung.  Anak-anak banyak yang tidak mengalami kemajuan dalam kemampuan membacanya mungkin karena kurang mendapat bimbingan dan pendampingan saat belajar sehingga mereka sulit berkembang.  Setiap mengantarkan ke sekolah ibu-ibu siswa sering mengeluh kesulitan untuk membimbing anak-anaknya dalam belajar.  Aku sarankan pada orang tua siswa agar anaknya dapat belajar bersama kakak kelas yang rumahnya berdekatan sehingga ada yang membantu belajar jika orang tua merasa tidak mampu membimbing sendiri.  Alhamdulillah beberapa diantaranya mengikuti saranku.  Begitulah PJJ kami, karena sistem daring tidak mungkin dilakukan karena terkendala sarpras.  

"Apakah teman-teman sudah datang semua Billa?" tanyaku.

"Sudah banyak yang datang Bu, tinggal Nisa belum datang." jawab Billa.

"Baik, kita mulai saja ya... Sambil menunggu Nisa." ajakku.

"Ya Bu." jawab Billa sambil berlari mendekati teman-temannya dan mengajak mereka masuk ke kelas.

Setelah memberikan materi dan membagikan soal latihan, anak-anak segera merapikan alat tulisnya dan bersiap pulang. Seperti biasa sebelum pulang satu per satu mereka akan kuminta membaca 4-5 baris kalimat untuk mengetahui kemajuan membacanya.  Bahan bacaan kusesuaikan dengan kemampuan membaca mereka, buku cerita untuk yang sudah lancar membaca dan buku latihan membaca untuk mereka yang masih kurang lancar.  Begitulah kegiatan setiap pertemuan kami di sekolah.

Baru saja aku akan meninggalkan kelas saat kudengar suara Mbak Husna memanggilku.

"Ya, ada apa Mbak?" tanyaku.

"Ini Bu, ada sedikit pisang untuk Ibu.  Kemarin baru panen." katanya sambil menyerahkan tas plastik hitam berisi pisang Rojo Nongko. 

"Wah...terima kasih ya Mbak." jawabku sambil tersenyum lebar.

"Sama-sama Bu, saya pamit dulu." katanya sambil meninggalkan kelasku.

"Ya Mbak, sekali lagi terima kasih." ucapku penuh suka cita.

Alhamdulillah...tak disangka-sangka dapat rezeki pisang hari ini.

Sumber gambar : Dapur Pink

Masih dengan senyum lebar kulangkahkan kaki keluar kelas. Sudah terbayang piscok yang akan kubuat untuk anak-anak dirumah nanti.  Pasti mereka akan senang.  Terima kasih Mbak Husna.


***



Aku masih memeriksa hasil pekerjaan rumah murid-muridku saat satu persatu teman-temanku memasuki ruang guru. Dan suasana hening pun berubah.

"Bu pinjam bak stempel." tiba-tiba saja suara Bu Dwi terdengar tepat di depanku. 

"Oh ya!" jawabku kaget, tak menyadari kehadiran Bu Dwi.  Segera kuserahkan bak stempel itu. 

"Bu, tolong laporan bulannya nanti sekalian diserahkan ya." kudengar suara Kepala Sekolahku memberikan instruksi pada Bu Titik.

"Nomor surat keterangannya jangan sampai keliru Pak!" kata Bu Dwi mengingatkan operator sekolahku dari balik almari.

"Foto KTP tukangnya sudah saya kirim lewat WA ya Bu, tolong segera di cek." kata Pak Arif menjawab telepon dari tempat duduknya diujung sana. 

Hm...kesibukan sudah dimulai, masing-masing beraktivitas sesuai dengan tugas tambahannya.

"Tumben nggak ada yang nawari kopi ya?"tiba-tiba saja Pak Arif bersuara dengan agak keras.

Kontan kami tertawa dan menoleh semua ke Pak Arif yang memang suka sekali dengan kopi. 

"Oalah...sudah terbayang-bayang kopi, aku juga mau.'" sahut Pak Agus sang operator sekolah.

"Coba dari tadi bilang, yang bikin kopi sudah pulang." sahut Bu Titik.

Tiba-tiba Bu Dwi berdiri menyeberangi deretan meja guru dan melongok ke ruang tamu sambil berkata, " Mari Bu Yo kalau mau nraktir kita, mumpung tanggal muda." selorohnya.

Aku tersenyum mendengarnya, sambil menunggu reaksi Bu Yo.  Bu Yo adalah Kepala Sekolah kami.  Masa tugasnya hampir berakhir, sebentar lagi Beliau akan memasuki masa purna tugasnya.

"Ayo...mau kemana?" jawab Beliau balik bertanya.

Yeess...berhasil!!

Sumber gambar : TripAdvisor.com

Langsung saja tanpa komando teman-teman merapikan meja kerjanya, sambil mengusulkan tempat makan yang akan kami tuju. Akhirnya pilihan jatuh pada oskab Cak Timin.  Tempatnya tidak terlalu jauh dan searah dengan jalur pulang kami.  Maka bergegaslah kami dengan riang dan penuh semangat tak ubahnya anak didik kami yang mendengar akan diajak jalan-jalan ibunya.

Alhamdulillah...atas rezeki yang telah Engkau limpahkan hari ini.  

Rezeki datang berlimpah, orang bilang rezeki nomplok

Kalau sudah rezeki tak akan lari kemana yah. 







4 komentar:

Media Sebagai Sarana

Dokpri. Ilustrasi Media Ada banyak pengertian tentang media.  Media dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat berarti alat; alat (sarana) kom...