Jumat, 11 Juni 2021

Bertahan Dengan Kesabaran

Udara terasa gerah bahkan di sore selepas ashar ini.  Kubuka lebar-lebar daun jendela.  Berharap udara sejuk masuk ke dalam rumah. 

Rupanya udara disekitar rumahku masih panas.  Udara sejuk yang kuharapkan masih belum terasa.  Aku keluar menuju bak air yang sengaja kuletakkan di bawah kran.  Dengan begitu aku bisa menampung air yang menetes sepanjang malam untuk menyiram bunga dan halaman.

Kuambil timba dan mulai menyiram kembali halaman yang sudah kusiram 2 jam yang lalu.  Pas..! Air dalam bak itu  habis, tepat setelah bunga dan halaman itu basah semua.  Aku duduk kembali di  dekat jendela.  Menikmati sejuknya udara dan memandang segarnya bunga-bunga.

Sementara jariku mulai menekan tombol-tombol keyboard.  Memeriksa pesan masuk di WA.  Biasanya adikku mengirim pesan pada jam-jam sore begini.  Naik turun, buka tutup, dan akhirnya berhenti di nama suamiku.  Tumben mengirim sebuah video lewat WA.  Biasanya ketika mendapat kiriman video kami melihatnya bersama-sama. Judul video itu "Ipar Perdana Menteri Inggris Resmi Memeluk Agama Islam Saat Mengunjungi Langsung Warga Palestina".  

sumber: cekricek.id

Potongan video berdurasi 7 menit ini bercerita tentang Lauren Booth .  Lauren Booth yang tak lain adalah adik Tony Blair, mantan PM Inggris.  Lauren adalah seorang penyiar dan jurnalis.  Dalam video itu Lauren Booth menceritakan perjalanannya memeluk agama Islam dan pengalamannya saat di Gaza.  Sangat berkesan ketika Lauren bercerita tentang pengalamannya di Gaza.  Tentang orang-orang terutama ibu-ibu di sana.

Berawal dari kunjungannya ke sebuah keluarga muslim miskin Palestina di Gaza pada bulan Ramadhan tahun 2008.  Lauren terkesan dengan sambutan yang diberikan keluarga itu kepada seorang tamu, kepadanya yang masih non muslim pada waktu itu.  Begitu hangat dan penuh rasa bahagia.  Tak ada kesedihan yang terpancar di raut wajahnya.  Dia menggambarkan wajah perempuan yang menyambutnya begitu berseri, wajahnya bersinar.

Namun begitu melihat keadaan keluarga ini dia merasa marah kepada agama Islam, karena ketidakpahamannya. Muncul banyak pertanyaan dalam pikirannya. Mengapa orang harus berpuasa? Mengapa ada Tuhan yang menyuruh orang lapar padahal mereka sering kelaparan? Sehingga mendorongnya untuk bertanya pada istri pemilik rumah. 

"Mengapa kalian puasa Ramadhan? Apa tujuannya? Tuhanmu menyuruhmu kelaparan selama 30 hari padahal setelahnya kamu tidak punya makanan.  Tuhanmu menyuruh kamu kehausan selama 30 hari padahal setelahnya kamu tidak punya minuman.  Apa tujuanmu?  Mengapa kamu berpuasa?", tanya Lauren.

Perempuan itu menatapnya dan berkata," Aku puasa untuk merasakan derita orang miskin."

Dalam hati Lauren berkata," Dia tidak punya apa-apa. Aku tak mengerti, bagaimana dia berpuasa untuk orang lain. Bagaimana dia memikirkan kemiskinan orang lain disaat dia tak punya apa-apa?"

Pada saat itu terlintas dalam pikiran Lauren. Jika ini Islam, dia ingin menjadi muslim.  Jika cinta pada Tuhannya seperti ini, dia ingin menjadi bagian dari agama Islam.  Jika cinta pada sesama manusia meskipun keadaanmu sulit adalah ajaran agama Islam, dia ingin masuk agama Islam.  Jika mencintai tamu adalah ajaran agama Islam maka dia ingin menjadi muslim. 

Butuh waktu 2 tahun bagi Lauren setelah kejadian itu untuk mengucapkan syahadat.  Dia yakin, Allah SWT tahu, berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk bisa rendah hati agar hatinya mantap untuk menerima Islam sebagai agamanya.  

Dalam video itu Lauren juga bercerita, bahwa di Gaza kata yang paling sering diucapkan saat ini adalah alhamdulillah.  Orang-orang di jalanan dan ibu-ibu membagikan permen dengan mengucap alhamdulillah.  Bukan karena mereka senang anaknya mati. Islam bukan pecinta kematian.  Islam mengajarkan kehidupan. Islam mencintai anak-anak.  Mereka mengucap alhamdulillah karena mereka menerima syahid. Mereka menerima takdir Allah.  Dan mereka penduduk Gaza mengerti apa yang diharapkan darinya. 

Sementara ibu-ibu membagikan permen, Lauren pergi ke belakang untuk sholat maghrib. Dalam sujudnya, air mata mengalir deras.  Lauren mulai menangis. Kemudian ibu ini merangkul pundaknya dan bertanya, "Mengapa kamu menangis?"

"Aku menangis untukmu. Aku menangis karena anak-anakmu akan terus terbunuh dan tak ada yang menolong.  Dan aku menangis karena dunia tahu tapi tidak akan menolongmu.  Aku menangis karena akupun disini tapi tidak bisa menolongmu," jawab Lauren.

Kemudian ibu itu menatapnya dengan pandangan aneh dan berkata," Kamu menangis untuk kami?"

Lauren menjawab, "Ya."

Ibu itu kemudian berkata," Tetapi kami sangat bahagia.  Karena kami punya Allah dan Allah cinta pada kami.  Jika kami bertahan dengan kesabaran maka bagi kami surga. Alhamdulillah."

Sampai di sini video itu selesai.

Tak terasa air mata ini menetes. Meratapi diri yang miskin sabar. 

Begitu malu rasanya melihat keikhlasan penduduk Gaza menerima takdirnya.  Sementara aku masih saja sering mengeluhkan sesuatu, tanda kurang ikhlas.

Kagum dengan perjuangan mereka yang bertahan dengan kesabaran.

Semoga mereka senantiasa diberikan kekuatan.

Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepadamu saudaraku.

Aamiin.




#10 Juni 2021

#Muhasabah diri












4 komentar:

  1. Terimakasih Bu...
    Terasa sampai ke hati setelah membaca tulisan Ibu
    Apakah boleh dikirimkan tautan link videonya di grup Lagerunal...

    Sehat selalu Bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayang saya hanya dapat kiriman potongan video bukan link video utuhnya mas Indra

      Hapus
  2. Keren... Bunda, trimks share tulisannya sangat mengispirasi kita mantap

    BalasHapus