Senin, 27 September 2021

FELIS SILVESTRIS MONG (1)



sumber : pixabay

“Hm...pasti sudah pagi,” gumam Mong begitu mendengar suara motor yang melintas sambil menggeliat meregangkan otot-otot punggung dan kakinya. Mong seekor kucing liar manis yang terjebak dalam gorong-gorong di perempatan jalan ini. Entah berapa lama dan bagaimana ceritanya hingga dia sampai terjebak di sini. Meskipun demikian dia tampak selalu ceria dan tak pernah putus asa berusaha untuk tetap bertahan hidup. Setiap mendengar suara langkah kaki manusia dia akan mengeong untuk menarik perhatiannya dan berharap mereka akan berhenti untuk sekedar memberi makan. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk bertahan hidup selain memangsa tikus-tikus yang melintas dalam gorong-gorong ini. Pernah suatu hari segerombolan anak sekolah berhenti saat mendengar Mong mengeong dan tak lama kemudian makanan berjatuhan bahkan ada yang sengaja memasukkan potongan gelas mineral dan menuangkan air kedalamnya. Dan aku adalah semut yang paling beruntung karena Mong selalu membagi makanan yang diperolehnya. Ya...Mong seekor kucing yang dermawan. Tapi pagi ini dia tampak sedikit murung.

“ Selamat pagi Mong. Bagaimana kabarmu hari ini?” sapaku.

“Tidak terlalu baik Odo. Sedih rasanya setiap kali melihatmu bisa keluar masuk dengan mudah ke dunia atas. Aku juga ingin keluar dari sini. Tempat ini semakin sempit saja untukku. Ah sudahlah. Bagaimana kabar dunia atas?” tanya Mong mengalihkan topik pembicaraan. Hanya dari ceritakulah Mong bisa tahu keadaan di luar tempat ini.

“Hmm tidak ada yang lebih istimewa selain toko kue di dekat lampu kota itu tetap buka Mong,” jawabku mencoba mengajak Mong bergurau.

“Tentu saja karena kamu akan mendapatkan banyak makanan disana,” sahut Mong sambil tersenyum.

“Pus...pus....” terdengar suara lelaki yang akrab ditelinga kami memanggil Mong.

“Mong...pria itu datang lagi. Ayo cepat mendekat!” ajakku bersemangat. Tampak jari-jari pria itu masuk disela jeruji gorong-gorong. Mong mendekat dan mengusap-usapkan kepalanya. Pria itu sering berhenti untuk melihat Mong dan meninggalkan makanan untuknya. Sehingga tak heran jika Mong tampak akrab dengannya. Dan tak lama kemudian pria itu menjatuhkan makanan untuk kami. Eh...untuk Mong maksudku.



#Tulisan ini ikut berkontribusi dalam antologi Berpetualang ke Negeri Satwa (Kumpulan Dongeng Fabel)


8 komentar:

  1. Membuat penasaran untuk membaca kisah berikutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan ditunggu Pak D ^-^
      Terima kasih sudah berkunjung

      Hapus
  2. Cantik ceritanya. Tapi saya belum nyambung sama judulnya. Nunggu kelanjutannya berarti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan ditunggu Pak Padil ^-^
      Terima kasih sudah berkunjung

      Hapus
  3. Cerita fabel yang mengasyikkan dan membuat penasaran kelanjutannya. Nama kucingnya keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkunjung Bu
      Ditunggu lanjutannya ya ^_^

      Hapus