“ Masih ada satu jalan lagi Mong. Ayo!” ajakku. Tiba-tiba sinar lampu yang menyilaukan diarahkan pada kami. Mong dan aku saling berpandangan. Diam tak bergerak dan waspada sampai kami dengar suara seorang pria.
“Pus...pus....”panggilnya.
“Mong...kau mengenali suara itu kan? Dia memanggilmu. Mungkin dia ingin mengajakmu, membawamu keluar dari sini Mong” bisikku.
“Tapi aku takut Odo. Sepertinya ada banyak sekali orang-orang di atas sana. Bagaimana kalau mereka mencelakaiku?”kata Mong.
“Tapi pria itu memanggilmu. Bukankah dia orang yang baik? Mungkin sekaranglah saatnya kamu keluar dari tempat ini. Ini kesempatanmu Mong. Pergilah!” kataku. Mong tak bergeming. Wajahnya menunjukkan ketakutan. Suara gaduh jeruji gorong-gorong terdengar semakin keras seakan memaksa kami untuk terus bergerak.
“ Pergilah, semua akan baik-baik saja. Ini kesempatanmu. Jangan biarkan pria itu menunggu terlalu lama.” kataku meyakinkannya.
“Baiklah Odo aku akan pergi. Semoga kita dapat bertemu kembali,”ucapnya. Mong menatapku sekali lagi sebagai tanda perpisahan.
” Selamat jalan. Kau seekor Felis Silvestris terbaik yang pernah kujumpai Mong. Kau patut mendapatkan hidup yang lebih baik.”kataku dengan lirih melepas kepergiannya.
Sesampainya Mong di ujung lorong, terdengar suara pria itu menyambut Mong dengan ramah dan tampak gembira.
Ada ragu, haru, dan pengambilan keputisan yang tepat.
BalasHapusyup!
HapusTerima kasih sudah berkunjung Pak D
Waaw.. akhirnya ..huuf terharu. Bgmna naseb teman moong ya . Yg mdh ada d dalam sana.
BalasHapusHmm...teman Mong?
HapusMasih tetap menjalani hidupnya di dalam sana Bund